Sabtu, 03 Juli 2010

Panduan Global memilih Masa depan

Mungkin untuk menentukan masa depan dan ‘bidang garap’ merupakan hal tersulit dalam kehidupan kita. Rasa was-was, bimbang dan ragu selalu menggelayuti hati kita. Hal ini wajar karena ‘menentukan’ masa depan sangatlah penting. Karena hidup adalah pilihan, disitulah kita akan mencari takdir Allah yang tersembunyi.

Sebenarnya permasalahan ini bisa saja kita anggap biasa ~sebagaimana kebanyakan orang~ karena masa depan telah digariskan, kita hanya perlu menjalaninya tanpa ‘pikar pikir’ atau bimbang. Karakter manusia seperti ini sudah pasrah lahir batin terhadap ketentuan Allah, mereka meyakini bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita, kita cukup menunggu takdir dan sesuatu yang telah Allah rencakan. Mereka tak mencari pilihan hidup, tak jua berusaha mewujudkan impian dan cita-citanya. Yang penting ikut air mengalir.

Di sisi lain, sebagian manusia sangat terobsesi dengan impian dan cita-citanya hingga mati-matian mengejarnya walau ke ujung dunia. Mereka tak peduli halangan, rintangan dan resiko yang akan dihadapi, yang terpenting bagi mereka adalah terwujud, dan bisa tercapai semua cita-citanya. Semangat menggebu-gebu inilah yang kadang melalaikan Allah, Sang Maha pengatur segalanya. Melalaikan halal, haram dan tugas utama sebagai hambaNya. Untuk itu, dimanakah posisi anda saat ini. Berkarakter manusia jenis pertama yang pasrah terhadap takdir Allah atau jenis kedua yang penuh dengan impian dan semangat berusaha dengan segala cara tanpa melihat aturan Allah? Atau jenis ketiga yang menggabungkan kedua-duanya sebagaimana mukmin sejati semangat dan tunduk dengan aturan Allah. Saya kira pertanyaan ini harus dijawab terlebih dulu, agar jelas orientasi dan metode anda dalam bertindak.

Semoga anda memilih model yang ketiga, sebagaimana akidah kita terhadap takdir Allah. Setelah anda yakin terhadap jalan dan cara anda menapaki ‘pilihan hidup’ baru, mari kita diskusikan beberapa hal.

Pilihan harus bertujuan

Setiap pilihan dalam melangkah mengarungi samudra hidup ini haruslah memiliki tujuan, tujuan yang bisa jadi bersifat duniawi, ukhrawi atau terkandung dua-duanya. Silakan buat list (daftar) beberapa alternative ‘pilihan hidup’ yang akan anda pilih. Kemudian tulis alasan dan tujuan yang mendasari kenapa harus memilih satu atau dua pilihan hidup tersebut. Karena kebanyakan orang memilih bidang hidupnya tanpa memiliki tujuan dan alasan. Hanya sekedar ikut teman, hanya sekedar ikut arahan orang tua, atau hanya iseng belaka. Maka siapapun yang mengarahkan harus diteliti tujuan dan alasannya. Saya rasa tujuan dan alasan sangatlah berarti karena akan membuat ‘pilihan hidup’ baru yang akan anda lakukan penting. Ketika mengetahui tujuan pilihan hidup akan mendorong anda tetap bersemangat, hal ini berbeda manakala seseorang memilih masa depan tanpa mengetahui tujuan dan alasannya. Sebagian besar mudah terombang ambing dan hanya memiliki semangat eksternal saja.

Menguji tujuan

Setelah mempunyai beberapa tujuan dalam list ‘pilihan hidup’ kita, saatnya menguji semua tujuan tersebut. Uji dengan pemahaman agama yang selama ini anda miliki. Semua tujuan dan alas an memilih masa depan adakah yang menyelisihi Islam. Bila ada tidak selayaknya diteruskan. Selain itu, tujuan dan alas an seharusnya disesuaikan dengan kondisi ~materil dan nonmaterial~ apabila kondisi tidak memungkinkan maka pilihan kita perlu ditata ulang agar tujuan dapat benar-benar tercapai.

Melihat SIKONDOM

Setiap insane diciptakan ‘ala ahsani taqwim’; sebaik-baik bentuk. Tidak ada yang sesempurna malaikat atau seburuk Iblis ~tak ada kelebihan~. Semua kondisi fisik, mental dan spiritual serta lingkungan inilah yang dapat disebut SIKON. Sikon; Situasi dan kondisi sangatlah beragam, tak bisa dipukul rata sesuai umur, angkatan atau tempat kita berada. Ada kala untuk teman kita cocok tapi untuk kita tidak cocok atau sebaliknya. Situasi dan kondisi diri kita lah yang menentukan. Saatnya mengidentifikasi semua situasi dan kondisi diri kita. Berikut beberapa pertanyaan yang sebaiknya diperhatikan :

- Bagaimana kondisi keuangan kita?

- Bagaimana dukungan orang tua atau musyrif kita

- Sejauh mana desakan nafsu kita untuk menikah?

- Apakah pilihan masa depan ini menguntungkan akhirat kita? Atau dunia saja.

- Apa saja bakat yang dimiliki untuk meraih pilihan kita

- Berapakah umur kita, dan selesai sampai umur berapa study atau pilihan masa depan kita.

- Sanggupkah kita menghadapi godaan dan rintangan.

- Apa saran dari teman atau masyarakat yang kita tempati sekarang. Baik bila kita tinggalkan sepenuhnya mendukung atau sebaliknya?

- Resiko paling buruk pilihan ini adalah……………

- Keuntungan paling baik pilihan ini adalah…………..

- Dan lain sebagainya….

Keadaan tak mengharuskan

Setelah melihat keadaan kita sebenarnya, baik menurut diri kita dan baiknya minta penilaian orang lain, maka hal yang harus dipahami adalah semua kondisi atau semua kelemahan kita jangan dijadikan alasan paling mendasar dalam menentukan sikap. Karena kondisi sebenarnya bisa diciptakan kelak ketika menjalani hidup baru. Sebagai contoh. Tidak memiliki uang, umur dan sebagainya hanyalah pagar yang harus dicermati jangan dijadikan alas an untuk membenarkan ‘keminderan’ antum. Minder atau putus asa yang menjadi tolak ukur, ketika kita minder maka kita akan mendapati semua kondisi kita menghalangi untuk mencapai cita-cita. Sebaliknya ketika semangat dan sangat yakin dengan ‘pilihan hidup’ baru nya tetap haruslah mengukur keadaan dan kondisi kita. Maka keadaan tak selamanya diikuti tapi juga tak selamanya diabaikan. wallahu alam bish showab

Mengeruk pengalaman pendahulu kita

Alangkah baiknya bila kita mengetahui seluk beluk ‘pilihan hidup’ yang akan kita jalani. Bisa dengan perantara buku atau pengalaman pendahulu kita. Data yang akan kita keruk pun harus seupdate mungkin. Kita dapat menanyakan segala hal yang berkaitan dan lebih baik survey (melihat langsung) ‘pilihan hidup’ baru tersebut. Hal ini untuk menghindari kekecewaan dan kedongkolan karena al khobaru laisa kal mua’yanah.

Semoga sedikit tips ini membantu para pembaca.

0 komentar:

Posting Komentar