Sabtu, 03 Juli 2010

Madzhab Madzhab Fiqih dan Sumber Pengambilannya

Di antara aliran-aliran fikih yang banyak dijadikan acuan kaum muslimin ada empat : madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi’i dan madzhab Hambali. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwasanya masih ada lagi madzhab-madzhab yang diakui para salaf (baca : ahlu sunnah wal-jama’ah), contohnya madzhab Al-Auza’i, madzhab Ats-Tsauri, madzhab Al-Laits, madzhab Azh-Zhahiri dan madzhab Ath-Thabari. Hanya saja dengan semakin berpu­tarnya zaman, kini madzhab-madzhab tersebut tidak banyak berkem­bang lagi dan tidak banyak dipakai oleh kebanyakan kaum muslimin saat ini.

Awal yang dijadikan patokan tiap-tiap madzhab dalam berijtihad; menyimpulkan suatu hukum adalah nash-nash Al-Qur’an, As-Sunnah, kemudian ijma’, dan setelah itu qiyas. Sedang selebih­nya merupakan dalil-dalil yang sifatnya mukhtalaf (diperselisih­kan), seperti qaul shahaby, istihsan, ‘urf, al-mashalih al-mursa­lah….dan lain sebagainya.

Metode para imam madzhab dalam menyimpulkan suatu hukum adalah berurutan, Al-qur’an, As-Sunnah, Ijma’, qiyas kemudian sumber hukum yang lain. Akan tetapi, terjadi perbedaan dalam penafsiran, dalil yang digunakan dan perbedaan pola cara mentarjihnya.

Oleh karena itu, mereka berempat adalah tauladan utama bagi setiap orang yang ingin menempuh langkah berijtihad secara benar dan selamat. Mereka merupakan suri tauladan dalam keilmuan, istiqomah dan amal shalih. Terbukti dengan adanya legitimasi dari seluruh kaum muslimin di berbagai masa sesudah mereka.

1. Madzhab Hanafi.

Madzhab ini dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah, Nu’man bin Tsabit Al-Kufy yang hidup di Kufah-Irak. Lahir pada tahun 80 Hijriyah. Imam Abu Hanifah dikenal sebagai pendiri Madrasah Qiyas bersama dua sahabatnya, Imam Abu Yusuf Al-Qadhi dan Imam Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani. Dan beliau wafat pada tahun 180 Hijriyah.

Sekarang madzhab ini banyak digunakan di negara-negara Asia Selatan dan Barat Daya, seperti Pakistan, India, Afghani­stan, Libya, Lebanon dan Irak. Juga di Turki, Sudan dan Nigeria.

Adapun sumber pengambilan hukum fikih dalam madzhab ini ada enam :

a. Al-Qur’an dan As-Sunnah.

b. Al-Ijma’.

c. Qaul shahaby (pendapat sahabat RA)

d. Jika tidak didapatkan qaul shahaby, beralih untuk berijtihad tanpa mengambil qaul tabi’in.

e. Istihsan dan Qiyas.

f. ‘Urf.

2. Madzhab Maliki.

Madzhab ini dinisbatkan kepada Imam Abu Abdillah, Malik bin Anas Al-Anshary yang hidup di kota Madinah. Lahir pada tahun 93 Hijri­yah. Imam Malik dikenal dengan Imam Darul Hijrah, sebagai Pendiri Madrasah Al-Hadits. Dan beliau wafat pada tahun 179 Hijriyah.

Pada zamannya dulu, madzhab ini berkembang pesat di Madinah dan Mesir. Adapun sekarang, tidak banyak berkembang kecuali hanya di beberapa negara seperti Maroko dan sekitarnya di belahan Afrika.

Sumber pengambilan hukum fikih dalam madzhab ada sebelas :

a. Al-Qur’an dan As-Sunnah.

b. Al-Ijma’.

c. Ijma’ para sahabat RA.

d. Pendapat para sahabat RA.

e. Qiyas.

f. Istihsan.

g. Al-Mashalih Al-Mursalah.

h. Sadd Adz-Dzara-i’.

i. Al-Istishab.

j. Syar’u Man Qablana (syari’at umat terdahulu).

k. ‘Urf.

3. Madzhab Syafi’i.

Madzhab ini dinisbatkan kepada Imam Abu Abdillah, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i. Seorang berketurunan Quraisy yang bertemu nasabnya dengan Rasulullah SAW. Lahir pada tahun 150 Hijriyah dan hidup berpindah-pindah, mulai dari Palestina, Makkah, Madinah, Yaman, Irak, dan wafat di Mesir pada tahun 204 Hijriyah. Imam Syafi’i dikenal sebagai orang yang memadukan antara metode fikih Madrasah Qiyas dan Madrasah Al-Hadits.

Hingga sekarang madzhab ini banyak dijadikan acuan fikih di berba­gai negara, khususnya di Asia Bagian Tenggara seperti Malaysia, Indonesia dan Philipina.

Adapun sumber pengambilan hukum fikih dalam madzhab ini ada lima :

a. Al-Qur’an dan As-Sunnah.

b. Al-Ijma’.

c. Ijma’ para sahabat RA.

d. Memilih pendapat di antara para sahabat jika terjadi beda pendapat..

e. Qiyas.

Dan juga telah dinukil dari Imam Syafi’i, bahwa -setelah qiyas- beliau juga bersandar kepada ‘urf, istihsan dan al-mashalih al-mursalah.

4. Madzhab Hambali.

Madzhab ini dinisbatkan kepada Imam Abu Abdillah, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy-Syaibani yang hidup di Baghdad-Irak. Lahir pada tahun 164 Hijriyah. Imam Ahmad dikenal sebagai Imam Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Selain ahli fikih, beliau juga seorang ahli hadits yang hafal sekitar satu juta hadits. Wafat pada tahun 241 Hijriyah.

Tidak banyak dari kaum muslimin yang berpegang dengan madzhab ini, melainkan hanya di Saudi Arabia dan di beberapa daerah saja.

Adapun sumber pengambilan hukum fikih dalam madzhab ini ada lima :

a. Nash Al-Qur’an dan As-Sunnah.

b. Fatwa sahabat RA.

c. Memilihkan salah satu pendapat yang diperselisihkan para sahabat.

d. Beramal dengan hadits mursal atau dha’if jika tidak didapatkan yang lainnya, dengan syarat perawi yang ada di dalamnya bukan perawi yang terkenal kedustaan atau kefasikannya, dan juga tidak didapatkan dalil yang bertentangan dengannya.

e. Menggunakan qiyas di saat terpaksa.

Dan dalil-dalil di atas ini merupakan prinsip ijtihad yang dipakai dalam madzhab Hambali yang telah menjadi kesepakatan para ulama’. Dan selebihnya, konon madzhab ini juga mengguna­kan istishab, istihsan, al-mashalih al-mursalah, dan sadd adz-dzara-i’, yang masih diperselisihkan para ulama’.

waallahu a’lam bish showab

0 komentar:

Posting Komentar